Lulus Cum Laude, Penting Gak Sih?

Karena lagi rame yang pada wisuda semester genap, gue jadi terinspirasi nulis tentang lulus dengan predikat cum laude atau dengan pujian. Kalo di Bahasa Inggris, umumnya disebut “graduate with distinction/honors”. Perlu diketahui, kriteria cum laude di tiap-tiap kampus dan jenjang itu beda-beda. Karena gue di UI, gue kasih contoh kampus gue aja ya.

Di UI, predikat cum laude untuk D3 dan S1 beda dengan pascasarjana (S2 dan S3). Untuk D3 dan S1, mahasiswa bisa dapet predikat cum laude kalo IPK-nya minimal 3,61, lulus tepat waktu (maksimal 6 semester untuk D3 dan 8 semester untuk S1), dan gak ada matkul yang ngulang atau tidak lulus.

Untuk S2 dan S3 atau pascasarjana, predikat cum laude bisa didapatkan kalo kita punya IPK minimal 3,76, lulus tepat waktu (maksimal 4 semester untuk S2 dan 8 semester untuk S3), dan tidak ada mata kuliah yg tidak lulus/ngulang.

Lalu, sesuai judul posting-an ini, penting gak sih lulus cum laude? Oke, berikut ini coba kita telaah dikit ya:

Continue reading

Basa-Basi

Beberapa waktu lalu, gue diajak temen gue untuk ketemu seorang klien asal Turki. Kami ketemuan dengan si klien di satu cafe di sebuah hotel berbintang. Setelah kenalan dan salaman, gue basa-basi bertanya tentang Hari Raya Iduladha (ini penulisan yg bener ya gaes menurut KBBI) di Turki. Soale kami bertemu hanya beberapa hari sebelum Iduladha.

Wah, klien kami ini pun langsung semangat cerita. Dia bilang, di Turki kalo Iduladha tuh orang-orang pada mudik. Semua sekolah, kantor, dan bisnis libur seminggu. Makanya dia mau buru-buru pulang supaya bisa merayakan bersama keluarga di kampung halaman.

Abis kelar ngobrol-ngobrol tentang Iduladha, baru deh kami masuk ke urusan bisnis. Menurut gue, ini hal biasa ya, berbasa-basi sebelum masuk ke “real talk”. Selain untuk mencairkan suasana, buat gue basa-basi begini seringkali sukses untuk dapetin info/perspektif baru yang berguna untuk gue pribadi maupun perusahaan.

Continue reading

Ceritanya Jadi Dosen

Dari dulu, gue tuh paling gak pede kalo diminta jadi guru atau dosen yang formal di depan kelas gitu. Gue dulu pernah hampir jadi guru les di sebuah kursus Bahasa Inggris terkenal tapi batal. Pernah juga jadi guru les Bahasa Inggris privat pejabat. Walaupun gue selalu bilang “udah kita diskusi aja, Bapak/Ibu mau tanya apa, nanti saya jawab sebisanya. Jangan disebut guru, takut gak sesuai.”

Iya, soale gue ngerasa guru dan dosen itu profesi serius yang tanggung jawabnya besuaaaaarr. Watir gak sesuai akutuu.

Nah, pas resign dari kantor untuk kuliah, salah seorang kolega gue bilang “Ira kuliah lagi untuk jadi dosen, ya?”. Gue bingung karena gue kuliah lagi ya karena emang pingin wujudin impian sejak dulu. Gak ada keinginan kuliah S2 untuk jadi dosen, sungguh.

Tapi, hidup itu emang suka becanda ya. Begitu lulus kuliah, gue dikontak temen gue, kakak kelas pas S2. Dia nawarin gue untuk jadi dosen tidak tetap untuk matkul Komunikasi di sebuah kampus kedinasan. Wow, tentu aja gue shocked karena sungguh ku tydack menyangka ada yang bakal menawari gue jadi dosen.

Continue reading

Komentar Menyakitkan yang Tak Terlupakan

Minggu lalu gue nemu video Tiktok yang membahas tentang “apa komentar menyakitkan yang pernah kamu dapat dan tak terlupakan hingga puluhan tahun?”. Di situ, si Mbak creator-nya bercerita tentang masa kecilnya yang sering dibanding-bandingkan dengan adiknya yang cantik. Bahkan, bapaknya sendiri sampe komentar yang merendahkan dan secara gak langsung, ngatain dia bahwa dia itu jelek.

Sampe sekarang, komentar itu masih membekas di hatinya. Dan sampe dewasa, cukup bikin dia sulit untuk bisa percaya diri.

Duh, nonton videonya gue mbrebes mili. Kenapa? Karena gue juga punya pengalaman yang mirip.

Sepanjang hidup gue, banyak banget sih komentar-komentar yang menyakitkan yang pernah gue dapat. Tapi yang paling gue inget, dan masih membekas sampai sekarang plus memberi dampak sangat signifikan pada personality gue, adalah 2 komentar, yaitu:

Continue reading

Lulus Kuliah, Yay! (Wisuda)

Di posting-an lama gue yang ini, gue pernah cerita tentang wisuda S1 gue yang, yah begitulah. Pokoknya kalo ngeliat foto-fotonya, gue malu sendiri wkwkwk. Mana abis wisuda, gue kudu balik kantor karena ada event kantor yang penting banget. Jadi gak bisa kayak temen-temen lain yang seru-seruan lebih lama saat itu 😦

Makanya salah satu motivasi gue kuliah S2 adalah supaya bisa foto wisuda yang cakepan plus bisa menikmati seru-seruan bareng temen-temen. Eaaa… Sungguh cetek sodara-sodara! :)))

No wonder pas gue mau wisuda, gue berusaha supaya gak secupu saat wisuda S1 dulu. Kan urusan yang membutuhkan otak (nulis tesis dan jurnal) plus sidangnya udah kelar. Kali ini, giliran urusan yang cetek-cetek boleh dong Kakaaakk wkwkwkw.

Nah, apa aja sih yang gue siapin untuk wisuda? Berikut daftarnya ya:

Continue reading

Lulus Kuliah, Yay! (Sidang Tesis)

Oke, setelah semua matkul wajib dan pilihan beres, saatnya gue ngelarin tesis dan publish artikel jurnal di semester 3. Perjalanannya lumayan berat apalagi di semester ini gue tiba-tiba dapet 4 kerjaan sekaligus. Meski remote dan gak harus ngantor tiap hari, tapi tetep butuh konsentrasi, fokus, dan ada business trip ke luar kota maupun negeri secara berkala.

Nunggu jadwal sidang tesis juga lumayan bikin deg-deg ser karena ternyata yang pingin lulus semester ini banyak. Yang seangkatan sama gue sih cuma sekitar 15 orang ya. Tapi ada angkatan-angkatan sebelumnya yang belum lulus dan pingin lulus di semester ini. Total kalo gak salah ada sekitar 50 orang. Dan semester gasal itu waktunya mepet jadi semua pun serba terburu-buru.

Continue reading

Lulus Kuliah, Yay! (The Journey)

Waktu lulus sidang tesis, sebenarnya gue udah niat untuk langsung bikin blog post. Tapi karena ternyata abis sidang tesis itu buanyaaakkk banget yang harus diurus plus kerjaan juga segambreng, akhirnya baru sempet sekarang deh. Better late than never lah ya. Oh ya supaya gak kepanjangan, post akan ditulis dalam beberapa bagian. Anyway, here we go!

Kayaknya udah berkali-kali gue tulis bahwa kuliah S2 itu adalah impian gue sejak lamaaaa banget. Makanya begitu terwujud, gue berusaha sebaik mungkin kuliahnya. Bahkan gue berkeinginan untuk lulus cum laude untuk memperbaiki IPK S1 gue yang pas-pasan dulu.

Meski begitu, gue gak pernah kepikiran untuk bisa lulus 3 semester. Di awal kuliah, gue tuh cuma berniat untuk lulus tepat waktu, yakni 4 semester atau 2 tahun. Jadi gue nyiapin duit untuk biaya kuliah 4 semester. Gue juga nyiapin mental dan waktu untuk kuliah 4 semester.

Continue reading

Pengalaman Setahun Kuliah Lagi

Perasaan baru kemarin gue jerit-jerit kegirangan karena lulus ujian Simak UI untuk masuk S2 Komunikasi, eh sekarang udah setahun aja kuliahnya. Perasaan kemarin baru stres karena jet lag dengan tugas segambreng dan sempet mikir “ngapain sih kuliah lagi?”, eh semester depan udah mau nulis thesis aja. Overall, setahun kuliah ini ternyata berlalu dengan cepat ya.

Anyway, di post ini gue mau cerita, apa aja sih yang gue lalui setelah dua semester atau satu tahun kuliah lagi ya. Here they are:

Continue reading

Nama-nama Panggilan untuk Pasangan

Duluuu banget gue pernah bikin blogpost tentang nama-nama panggilan ibu yang entah kenapa, sampe sekarang masih banyak aja yang baca. Padahal itu tulisan iseng-iseng yang ringan banget. Wong gue dulu ngetiknya sambil ketawa-ketawa 😀

Nah barusan gue tetiba dapet ide untuk nulis tentang tema serupa, tapi khusus untuk pasangan. Soale, semakin berubahnya dunia, nama-nama panggilan untuk pasangan pun ikut berubah. Dulu yang sering gue denger waktu kecil saat memperhatikan ortu, tante, or pasangan lain, adalah panggilan Mah, Pah, Buk, Pak, dst. Sekarang, nama-nama panggilan untuk pasangan pun ikut berubah. Mungkin karena ada dampak dari tontonan film, media sosial, dan budaya pop juga kali ya.

Anyway, berikut ini analisis ala-ala gue mengenai beberapa nama panggilan untuk pasangan yang sering gue temui di sekitar.

Continue reading

Rahasia Dapur Ibu-ibu 4.0: Cookpad

Tiap gue mau masak, biasanya diawali dengan mencari resep di google. Nah, hasil paling atas selalu dari Cookpad. Ada yang ngalamin juga gak sih?

Dari awalnya cuma browsing-browsing, lama-lama jadi jatuh cinta beneran karena emang segitu helpful-nya sih. Makanya gue berani bilang bahwa Cookpad adalah rahasia dapur ibu-ibu di era 4.0 ini. Bahkan buat gue, Cookpad ibarat penyelamat di saat kepala pusing dikejar deadline kerjaan plus tugas kampus.

*monmaap ini curhat dari lubuk hati paling dalam sebagai student mom wkwk*

Kenapa sih gue (dan kayaknya ibu-ibu lain ugha nih) cinta berat sama Cookpad? Here’s why:

Continue reading